Pelinggih Beratap Pane

Pelinggih Beratap Pane

Bangunan ini disebut pelinggih beratap pane dan  yang malinggih di Gedong Matudung pane adalah Ida Bethara di Gunung Lebah (Batur) dan menjadi satu kesatuan dengan pelinggih beratap perucut yang merupakan stana  Ida Bethara di Gunung Agung.

Filsafat konsep ini adalah men-simbolkan Hyang Widhi sebagai “rua bhineda” yakni salah satu bentuk pemujaan kita terhadap kemaha kuasaan-Nya.

Konsep rua bhineda ini adalah konsep penghayatan Hyang Widhi yang senantiasa menciptakan sesuatu yang berwujud berlawanan misalnya: siang-malam, laki-perempuan, baik-buruk, tinggi-rendah, panjang-pendek, panas-dingin, dan seterusnya.

Konsep rua bhineda ini kemudian berkembang di Bali karena para Maha Rsi melihat alam Bali yang unit, yaitu adanya Gunung yang tertinggi, yaitu Gunung Agung dan Gunung yang terendah, yaitu Gunung Batur atau disebut juga sebagai Gunung Lebah.

Dengan melihat keunikan alam ini kita akan menghayati betapa kebesaran Hyang Widhi yang telah menciptakannya. Tuntunan para Maha Rsi seperti Rsi Markandeya dan Mpu Kuturan kepada umat Hindu di Bali agar mewujudkan kebesaran Hyang Widhi itu dalam palinggih yang beratap Kerucut dan yang beratap Pane.

Dengan “nyasa” atau simbol itu manusia yang bersembahyang akan merasakan getaran kemaha kuasaaan-Nya.

Tinggalkan komentar